Awas! Ini Ciri LPK Jepang & Korea yang Red Flag

Ilustrasi Negara Favorit TKI Pemula

Kita semua tahu jika hidup itu memang berat, tapi jangan diperberat lagi dengan mengambil keputusan yang salah. Jangan tergesa-gesa ingin kerja ke Luar Negeri demi meraih masa depan tapi malah kena tipu LPK yang Red Flag. Tahu kan kalo Red artinya merah, artinya stop ?

Mendapatkan pekerjaan dengan gaji yang besar merupakan cita-cita semua orang baik yang masih muda atau yang sudah menginjak paruh baya. Tentu saja dengan motif yang berbeda-beda mengingat kebutuhan seseorang tergantung dengan keadaanya masing-masing.

Ada yang menjadikan pekerjaan sebagai bagian dari tujuan hidup yang lebih besar, contohnya memulai usaha sendiri. Tentu saja hal itu karena memulai usaha tentunya harus punya modal, tidak hanya modal pokok saja yang dipikirkan namun juga perlu memikirkan modal untuk hidup selama masa merintis mengingat merintis usaha adalah hal yang berat.

Salah satu pekerjaan yang menjadi andalan untuk mengumpulkan pundi Rupiah secara cepat adalah dengan menjadi PMI (Pekerja Migran Indonesia) atau yang lebih populer disebut dengan TKI (Tenaga Kerja Indonesia). Yaitu mereka yang bekerja di Luar Negeri melalui agen penyalur kerja atau secara mandiri.

Alasan Orang Bekerja Sebagai PMI

Menurut survey yang telah penulis lakukan bersama Diamond Glory Hotel School dan sejumlah Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) TKI di Tegal dan Sekitarnya, sebagian besar motivasi orang-orang bekerja ke luar negeri didorong oleh beberapa faktor berikut ini :

  1. Meningkatkan Taraf Hidup
  2. Mengumpulkan modal usaha
  3. Mengumpulkan modal nikah (bagi yang masih lajang)
  4. Melunasi Hutang
  5. Mengikuti jejak keluarga atau teman yang sudah ke luar negeri

Negara yang menjadi primadona bagi para PMI Pemula adalah Jepang dan Korea Selatan. Hal tersebut karena adanya “payung perlindungan” yang telah disediakan bagi para TKI/PMI oleh Pemerintah Indonesia dengan pemerintah Jepang dan Korea Selatan melalui bentuk kerjasama bilateral dalam hal penyediaan tenaga kerja profesional atau lebih populer disebut dengan istilah G to G (dibaca Jituji) alias Government to Government.

Sebenarnya Pemerintah Indonesia tidak hanya menjalin kerjasama G to G dengan kedua negara tersebut saja, ada juga Jerman dan Arab Saudi. Namun keduanya tidak sepopuler Jepang dan Korea Selatan. Bahkan masih kalah dengan Taiwan dan Hongkong yang bahkan tidak menjalin kerjasama bilateral penyaluran Tenaga Kerja. (Lihat data di Web BP2MI)

Jika kita lihat di lapangan, dewasa ini banyak sekali LPK yang menawarkan kerja di Jepang dan Korea Selatan baik melalui skema G to G atau P to P (Peer to Peer). Skema P to P istilah lainnya adalah skema Outsourcing yang memungkinkan proses mendapatkan kerja lebih cepat daripada skema G to G yang harus bersaing dengan ribuan hingga ratusan ribu orang, bahkan masih harus melalui tahap lain yang panjang. Namun tentu saja dengan biaya yang jauh berbeda.

Alasan LPK Korea dan Jepang menjamur di mana-mana

Kebanyakan orang yang mendirikan LPK adalah mereka yang punya pengalaman bekerja di Korea atau Jepang dan memiliki relasi dengan orang lokal di sana dan kebetulan mereka menjabat sebagai Hiring Manager atau memiliki perusahaan Outsourcing. Apalagi persyaratan pendidikan untuk bisa kerja di sana cukup SMP untuk Korea Selatan dan SMA untuk Jepang.

Hal tersebut memudahkan LPK untuk menggaet konsumen, ditambah minimnya lapangan kerja di Indonesia yang menghargai lulusan SMP dan SMA hingga persyaratan yang nyeleneh. Bekerja ke Jepang dan Korea Selatan kerap kali menjadi impian bagi mereka yang dipandang rendah dalam strata sosial.

Siapa yang tidak tergiur dengan pendidikan yang minim, tanpa sekolah tinggi bisa mendapatkan gaji hingga Rp. 50.000.000 per bulan?

Cara memilih LPK yang Baik

Tapi kerap kali orang terdesak kebutuhan dan keinginan mencapai impian dengan segera membuat lupa dan mudah percaya dengan apa yang mereka dengan dari orang asing sekalipun. Sehingga kasus penipuan oleh lembaga yang mengaku bisa memberangkatkan kerja ke Luar Negeri tidaklah sedikit.

Namun tidak dipungkiri bahwa cara tercepat untuk bisa kerja ke Luar Negeri adalah dengan melalui jasa yang disediakan LPK. Jika saat ini kamu sedang menimbang LPK mana yang akan kamu pilih, maka cermati beberapa hal berikut ini:

1. Gali Informasi tentang Penyaluran Kerja

Masih banyak orang yang mengira LPK itu Lembaga Penyaluran Kerja, padahal LPK adalah singkatan dari Lembaga Pelatihan Kerja. Pun kebanyakan LPK yang ada mereka hanya menyediakan pelatihan bahasa saja. Jika mereka menjanjikan ada penyaluran kerja, cek apakah LPK tersebut terdaftar sebagai SO (Sending Organization). Kamu bisa mengeceknya di Website BP2MI.

2. Gali Riwayat Medismu

Sebelum memutuskan untuk memilih LPK manapun, ke negara manapun, sektor pekerjaan apapun, pastikan kamu menyampaikan riwayat medis sejujurnya. Sampaikan jika kamu memiliki buta warna, buta warna parsial, minus, riwayat kecelakaan, riwayat penyakit dalam dan lain-lain. Ada beberapa perusahaan atau sektor pekerjaan yang ketat mengenai urusan ini ada pula yang masih toleransi.

Sampaikan dan tanyakan apakah kamu bisa berangkat kerja ke luar negeri dengan kondisi medismu. Waspada dengan LPK yang menjanjikan bisa mengakali hasil Medical Check-Up (MCU) karena resiko ketahuan melakukan ini adalah denda yang tidak sedikit.

3. Realistis dengan Waktu Proses

Jika kamu sudah membaca artikel tentang alur skema program G to G, tentu kamu akan merasa aneh jika ada LPK yang menjanjikan bisa terbang dalam waktu kurang 6 bulan dengan skema G to G. Apalagi dengan Bahasa Jepang/Korea yang benar-benar dari nol. Jika kamu berhasil lolos sekalipun dalam program G to G, anggap saja dirimu sedang berada di dalam “Stok Cadangan” tenaga kerja.

Jika kamu tidak sabar menunggu tentu saja kamu akan ditawari dengan pekerjaan dengan skema P to P, tentu biaya yang dikeluarkan lebih besar. Apalagi kamu akan digoda dengan skema Dana Talangan, yang pada dasarnya adalah seperti pinjam di Bank pada umumnya. Yaitu menggunakan Sertifikatmu sendiri.

4. Realistis dengan Gaji & Kontrak

Tanyakan dengan jelas dan tepat gaji & kontrak yang diterima jika nanti bekerja di sana. Yang bisa kamu jadikan pegangan adalah, pekerjaan yang lebih butuh penguasaan bahasa yang mahir biasanya gajinya lebih besar daripada yang hanya membutuhkan kemampuan bahasa basic saja.

Jika sekalipun ada yang menawarkan bisa berangkat tanpa harus bisa bahasa Jepang atau Korea, biasanya biaya yang harus kamu keluarkan tidak sedikit. Durasi kontrak juga mempengaruhi seberapa banyak biaya atau cas yang harus kamu bayarkan ke LPK.

Jika memungkinkan, kamu bisa meminta contoh dokumen kontrak dari PMI yang telah berangkat sebelumnya melalui LPK yang sedang kamu gali infonya. Atau kamu bisa menanyakan kepada alumni yang sudah terbang dari LPK tersebut.

Penutup

Itulah beberapa hal yang harus kamu ketahui sebelum memutuskan untuk memilih LPK sebagai kendaraanmu menggapai impian bekerja ke Luar Negeri, khususnya Jepang dan Korea Selatan.

Diamond Glory Hotel School menawarkan Pendidikan Perhotelan setara D1 dengan penyaluran kerja di berbagai Hotel Nasional dan Internasional serta Kapal Pesiar. Kami memberikan peluang karir yang luas dan gemilang dengan biaya yang lebih hemat dengan penyaluran kerja ke Timur Tengah, Benua Eropa dan Amerika.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top